Bertajuk Sumenep Bersholawat Mengakhiri Kegiatan Hari Jadi Ke-753

Bertajuk Sumenep Bersholawat Mengakhiri Kegiatan Hari Jadi Ke-753
Foto: Giat Penghujung rangkaian hari jadi Sumenep ke-753 tahun.
banner 120x600

SUMENEP – Suarademokrasi.id | Dengan bertajuk “Sumenep Bersholawat” dalam giat tasyakuran yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten Sumenep sebagai salah satu rangkaian kegiatan ujung yang mengakhiri giat Hari Jadi Sumenep Ke-753 tahun, digelar di area Pendopo Agung Sumenep. Senin Malam 31 Oknum 2022.

Penghujung rangkaian kegiatan hari jadi Kabupaten Sumenep ini dilakukan dengan giat tasyakuran yang diwarnai dengan 97 tumpeng yang disajikan untuk sekitar 900 sampai dengan 1000 orang undangan yang hadir, diantaranya Bupati Sumenep Achmad Fauzi SH MH, segenap Forkopimda, segenap OPD, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat serta segenap Elemen masyarakat.

Forkopimda Sumenep yang nampak hadir diantaranya Dandim 0827/Sumenep diwakili, Kapolres Sumenep, Ketua PA Sumenep, Ketua PN Sumenep, Kepala Kementrian Kabupaten Sumenep dan tak lepas dihadiri juga oleh segenap para undangan dari masyarakat Sumenep.

Baca juga:

Giat bertajuk Sumenep Bersholawat ini digelar guna mengajak masyarakat Sumenep untuk bersama Bersholawat kepada junjungan nabi besar kita Mohammad Rasulullah Saw, agar bisa mendapatkan syafaatnya untuk ketentraman bersama demi untuk Kemajuan Kabupaten Sumenep.

Melalui keterangan Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) Kabupaten Sumenep, Moh Iksan menyampaikan bahwa dalam giat Sumenep Bersholawat menampilkan beberapa kesenian tradisional lokal Kabupaten Sumenep.

“Giat tasyakuran ini yang dikemas dengan tajuk Sumenep Bersholawat, dengan menampilkan Hadrah al-Banjari dari Desa Kolor,” ucapnya

Menurutnya, Hadrah Al-Banjari adalah kesenian musik Islami yang bernafaskan Islam mendapatkan tantangan berat yang harus dilestarikan kepada para generasi muda yaitu sekularisasi kehidupan yang dalam bermusik ditandai dengan semakin populernya musik-musik yang tidak mendidik.

“Tantangan lainnya adalah agar generasi muda diperkenalkan dengan seni musik Islami. Semoga dengan kajian ini, para pegiat kesenian Islam terus semangat dengan menumbuhkan kreativitas dalam berkesenian sesuai dengan misi Islam.” Ujarnya.

Baca Juga :  PW GP Ansor DKI Dan FK UNTAR Terjunkan Tim Medis Untuk Korban Gempa Cianjur

Selain itu, Moh Iksan menyampaikan bahwa dalam giat penutup hari jadi Sumenep ini juga menampilkan kesenian lokal Sumenep yaitu Sintung.

“Kesenian tradisi lokal Sumenep seperti Sintung yaitu kesenian yang sudah mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Sumenep.” Tuturnya.

Kesenian Sintung adalah perpaduan dari beberapa unsur seni, yaitu seni tari, olah vokal dan musik. Adapun unsur tari yang disajikan merupakan modifikasi gerakan Hadrah, Samman, Ruddat dan gambus. Perpaduan tersebut menghasilkan rangkaian gerakan yang spesifik, tangkas, lincah, rancak serta dinamis. Sedangkan bacaan dalam syair-syair yang dibawakan merupakan bacaan shalawat dan barzanji, ber-bahasa Madura, Melayu dan Arab.

Keunikan dari kesenian Sintung ini adalah, semua instrumen alat musik berasal dari pohon siwalan. Jidor, terbuat dari pohon yang besar, begitu pula dengan gendang. Sedangkan tong-tong dibuat dari tempurung buah siwalan yang berbentuk bulatan (2 buah), dipegang oleh setiap penari. Sedangkan jidor maupun gendang dibungkus dengan kulit sapi/kambing.

Pada pementasan/penampilan jumlah penari minimal 25 orang laki-laki, yang  diiringi oleh 5 pemusik yang terdiri dari 1 pemain pemegang jidor, 2 orang penabuh gendang ditambah 2 orang penabuh rebana. Sedangkan alat musik tong-tong, dipegang dan dimainkan oleh semua pemain/penari. Pembacaan shalawat dan barzanji dilakukan oleh 2 orang.

Selain itu, Kepala Disbudporapar Kabupaten Sumenep juga menyampaikan kesenian lokal yang menjadi ciri khas kesenian Sumenep dari sejak leluhur terdahulu seperti Mamaca.

“Kita juga menampilkan kesenian tradisi sastra Mamaca, yaitu kesenian tradisional lokal Madura daerah Sumenep.” Pungkasnya.

Menurutnya, Tradisi sastra lisan Mamaca kesenian tradisional Madura ini memiliki keunikan dalam pertunjukannya. Dalam penyajiannya, sastra lisan Mamaca diiringi oleh seperangkat gamelan dan suling, keunikan kesenian ini terdapat pada bahasa yang digunakan yakni bahasa Jawa Arab yang kemudian diterjemakan dalam bahasa Madura.

Baca Juga :  Oknum Petugas Perhubungan Pelabuhan Kangean Diduga Lakukan Pungutan Liar Tiket Masuk

Dalam kepercayaan masyarakat Madura, tradisi sastra lisan Mamaca berfungsi sebagai sarana ritual sebagai penghilang sial dalam menjalani kehidupan, namun disamping itu kesenian Mamaca juga dijadikan sebagai sarana hiburan.

Moh Iksan menambahkan bahwa, Kesenian tradisional lokal Sumenep yang juga ditampilkan dalam giat Sumenep Bersholawat untuk menemani giat penutup hari jadi Kabupaten Sumenep ini adalah kesenian tarian religi.

“Dan kita juga menampilkan kesenian tarian religi yang ditampilkan dari kelompok Tania Lanjeng Sumenep, dia menampilkan musisi tembang-tembang religi sholawat dan sebagainya.” Tambahnya.

Menurutnya, hal itu sengaja ditampilkan karena dalam nuansa malam kegiatan rangkaian hari jadi Sumenep ini untuk mengembangkan objek objek wisata dan olahraga yang ada di Kabupaten Sumenep ini, serta untuk menampilkan dan melestarikan budaya-budaya kesenian lokal di Kabupaten Sumenep, agar terus bisa di lestarikan.

Maka dari itu semua, Moh Iksan selaku Kepala Disbudporapar Kabupaten Sumenep berharap kegiatan Bersholawat kepada junjungan nabi besar kita Mohammad Rasulullah Saw ini bisa terus dilakukan.

“Kita berharap agar acara Sumenep Bersholawat seperti ini sesering mungkin harus di lakukan untuk mengajak masyarakat agar bisa Bersholawat supaya bisa tentram dan adem serta religius,” pintanya.