SUMENEP – Suarademokrasi.id | Dibulan suci Ramadhan 1444 Hijriah yang penuh rahmat ini, Polres Sumenep diwarnai kericuhan dengan para aksi demo yang dilakukan dari Aliansi Amanah Rakyat (AAR) Sumenep di Polres Sumenep. Rabu 5 April 2023.
Kali ini, sejumlah aktivis yang tergabung dalam Aliansi Amanah Rakyat (AAR) Sumenep, yang melakukan aksi demo membawa 3 tuntutan yang diantaranya;
1. Tangkap pelaku penyelundupan pupuk bersubsidi 18 ton,
2. Usut tuntas jaringan mafia pupuk di Sumenep,
3. Copot Kasatreskrim Polres Sumenep.
Ke-3 tuntutan itu terus diteriakkan dalam orasi yang disampaikan oleh Korlap Aksi dan mendesak Polres Sumenep agar segera melakukan penangkapan terhadap para pelaku dalam kasus penyelundupan pupuk bersubsidi tersebut.
Baca juga: 2 Wartawan Dianiaya, Darah Jurnalis Dan Aktivis Sumenep Mendidih Melakukan Aksi Demo
“Miris, sungguh keadilan telah dipermainkan oleh penegak hukum, tersangka dibiarkan bebas berkeliaran,” teriak korlap aksi.
Pihak aksi demo menilai penyidik Polres Sumenep tidak serius untuk menahan para mafia pupuk yang dinilai telah banyak merugikan masyarakat yang membutuhkan pupuk.
“Kejahatan ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. Karena, masyarakat Sumenep khususnya para petani sering mengalami kelangkaan pupuk, hingga mereka terancam gagal panen,” pungkasnya.
Disaat orasi tuntutannya tidak direspon oleh pihak Polres Sumenep, massa aksi terlihat mulai memanas karena Wakapolres dan Kasatreskrim Polres Sumenep tidak dapat memenuhi permintaan para demonstran, massa mulai berusaha menerobos pagar kepolisian untuk masuk ke dalam, sehingga saling dorong-mendorong sampai terjadi kericuhan antara petugas kepolisian dengan para pendemo.
Menurut informasi yang dihimpun media dari salahsatu pendemo, kericuhan tersebut terjadi saat salah satu petugas kepolisian melakukan pemukulan terhadap para pendemo. Yang mengakibatkan 8 orang peserta aksi menjadi korban, hingga salah satu orang pendemo dilarikan ke RSUD Sumenep, karena di injak injak oleh petugas.
Sedangkan informasi yang dihimpun dari pihak petugas kepolisian menerangkan bahwa dari pihak petugas kepolisian yang mengamankan aksi demo tersebut juga ada yang terluka.
“Iptu Kohar itu di dorong sampai jatuh kemudian di injak-injak pendemo hampir mati, ada lagi anggota Provos Bripda itu di alisnya sobek dan terluka sehingga berlumuran darah dan di larikan ke klinik sampai-sampai dijahit, dan masih banyak yang lainnya bos, Polisi di caci- diam,” ucap salah satu anggota Polres Sumenep kepada media.
Yang seharusnya kericuhan tersebut tidak boleh terjadi, karena bagaimanapun Polri itu adalah pelindung, pengayom dan melayani masyarakat. Adik adik mahasiswa adalah aset generasi penerus bangsa yang harus dilindungi, mereka melakukan aksi demo hanya mendesak Polres Sumenep untuk menangkap para mafia pupuk.
Dalam pantauan media, massa aksi terus bertahan melakukan orasinya untuk memperjuangkan tuntutannya agar pihak Polres Sumenep segera melakukan penahanan terhadap para mafia pupuk tersebut, para aksi terus bertahan hingga berbuka puasa didepan Mako Polres Sumenep.
Yang nampak menyedihkan saat adzan berkumandang sebagai tanda waktu berbuka puasa, pihak Polres Sumenep tidak membagikan air minum untuk adik-adik pendemo dan wartawan yang ingin berbuka puasa saat ada di lokasi, air mineral hanya dibagikan untuk anggota kepolisian saja.
Setelah beristirahat sejenak untuk melakukan buka puasa, para pendemo terus bergerak untuk menduduki Mako Polres Sumenep dan sesampainya di pintu gerbang Mako Polres, kericuhan sempat akan terjadi lagi dikarenakan dari para pendemo diketahui membawa sebotol air mineral yang berisi BBM untuk membakar ban bekas didepan pintu gerbang sebagai bentuk kecewa penegakan hukum di Polres Sumenep.
Untung emosi dari kedua belah pihak masih bisa diredam sehingga kericuhan itu tidak terjadi lagi. Karena terlihat petugas kepolisian menggerakkan pasukannya yang terlihat lebih banyak dari jumlah massa pendemo untuk menghadang aksi pendemo, salah satu korlap meneriakkan orasinya dengan menyatakan perlawanan terhadap mafia pupuk.
“Karena Wakapolres menyatakan bila ancamannya hanya dua tahun, pelaku tidak perlu ditahan dan bebas berkeliaran. Oleh karena itu, mulai hari ini kita nyatakan untuk melakukan perlawanan terhadap mafia pupuk dan siapapun orang yang ada didepannya,” tegasnya.
Karena melihat salah satu kawan pendemo sedang dilakukan penanganan medis di RSUD Sumenep akibat kericuhan, para pendemo akhirnya membubarkan diri dengan tertib.
Wakapolres Sumenep saat dikonfirmasi menyampaikan bahwa, penegakan hukum yang telah dilakukan pada kasus mafia pupuk adalah prestasi bukan sebuah manipulasi, persoalan tersebut beliau mengatakan bisa diuji nantinya. Bila ada masukan yang positif pasti akan mereka tindaklanjuti.
“Dalam perkembangan kasus pupuk tersebut, penyidik Polres Sumenep sudah memasukkan berkas perkaranya dan kita akan terus mendalami kasus ini, karena itu sudah kewajiban kami dan kami akan tindak tegas sampai ke akar-akarnya. Kami sudah menetapkan tersangka kepada supir dan pembelinya,” tegas Wakapolres.
Terkait insiden kericuhan yang terjadi, Wakapolres Sumenep menyatakan dalam dinamika kesalahpahaman penyampaian pendapat yang tidak bisa dihindari, tapi dirinya tetap akan mempertahankan untuk memberikan sikap yang humoris dan persuasif.
Selain itu, Wakapolres memberikan statement tegas bahwa bila ada anggota Polres Sumenep yang terbukti melakukan tindakan yang diluar SOP yang ada, akan ditindak tegas sesuai dengan aturan yang ada. Maka dari itu dirinya berharap kepada semua pihak untuk tetap saling menjaga dan menghormati.
“Mengharapkan kepada semua elemen masyarakat Sumenep untuk bisa saling menjaga dan menghargai dalam menyampaikan pendapat bisa dilakukan dengan cara – cara yang baik, insyaallah akan menemukan solusi yang terbaik sehingga tidak ada pihak yang dirugikan,” pintanya.