Wartawan Amplop Diduga Membackup SPBU Dan Pembeli BBM Bersubsidi

Wartawan Amplop Diduga Membackup SPBU Dan Pembeli BBM Bersubsidi
Foto: Ilustrasi Wartawan Amplop membackup SPBU Kalianget.
banner 120x600

SUMENEP – Suarademokrasi.id | Adanya wartawan amplop yang diduga membackup pihak SPBU dan pembeli BBM solar bersubsidi, dinilai hanya memandang keuntungan pribadi saja, tidak berfikir dampak kerugian negara dan masyarakat.

Citra media dan profesi wartawan yang benar menjalankan tugas profesi menjadi sosial kontrol akan tercemar dengan adanya wartawan amplop, menulis berita karena pesanan dan imbalan uang saja, wartawan amplop tersebut mudah dimanfaatkan oleh orang untuk diadu domba sesama profesi dalam perang media.

Sedangkan persoalan yang marak terjadi terkait pengisian jerigen BBM Solar bersubsidi di berbagai SPBU tidak pernah disoroti dan ditulis dalam berita di medianya.

Baca juga: Ribuan Liter BBM Solar Bersubsidi Dilaporkan Ke Polsek Saronggi

Sedangkan didalam Kode Etik Jurnalistik Pasal 6, menegaskan larangan bagi wartawan untuk menerima segala pemberian dari narasumber yang dapat mempengaruhi independensinya. Sebab pemberian tersebut yang umumnya dalam bentuk “amplop” dapat mematikan fungsi kontrol pers yang seharusnya fungsi utama pers adalah mencerdaskan masyarakat dan mengontrol kekuasaan.

Bila Wartawan Amplop alias Wartawan Bodrex ini tetap dibiarkan ada dan bebas bergerak sesuka dirinya, nantinya akan menjadi bagian dari Sisi Gelap Jurnalistik. The Dark Side of Journalism awalnya merujuk pada praktik jurnalisme partisan, jurnalisme propaganda, jurnalisme iklan/promosi, namun juga merujuk pada penyalahgunaan profesi wartawan nantinya.

Kita akan mengulas Oknum sejumlah wartawan dan LSM yang meminta uang sebesar Rp. 3 juta, untuk membantu dan membackup Pembeli BBM Solar bersubsidi bila ada media dan Lembaga yang mempersoalkan.

Hal itu terjadi di bulan Oktober 2022, Tim investigasi dari sejumlah wartawan dan Lembaga saat menyoroti Pengisian jerigen BBM Solar bersubsidi di SPBU Pertamina 54.694.11 Kalianget, karena berdasarkan informasi dan pengakuan pihak SPBU Solar bersubsidi dijual bervariasi lebih dari harga ketentuan pertamina.

Datang 4 orang berprofesi wartawan dan LSM dengan waktu hampir bersamaan. Molyadi yang berprofesi Ketua LSM dan wartawan datang ke SPBU bersama Misnadin (Ketua LSM), berselang beberapa menit Hadi dan Andi (media/wartawan) datang juga.

Ke-4 orang tersebut yang datang secara tiba-tiba, membuat Tim investigasi saling bertanya-tanya, kenapa mereka datang? Sedangkan Tim investigasi yang menyoroti SPBU tidak ada satupun yang menghubungi mereka.

Karena Manajer SPBU enggan menemui dan duduk bareng dengan sejumlah wartawan dan Lembaga, malah pergi meninggalkan ruangan dengan alasan sudah waktunya pulang. Disaat Tim investigasi mau meninggalkan SPBU, Hajat manager SPBU tersebut masih terlihat nongkrong berada di pinggir jalan raya.

Baca Juga :  Kasus Penganiayaan Yang Ditangani Polres Sampang Terus Berjalan

Sedangkan Molyadi bersama rekannya masih tetap di SPBU dengan Pak Ami petugas yang mengisi jerigen, meminta persoalan tersebut tidak rami keluar.

Akhirnya muncul dugaan pemikiran Tim investigasi kepada Molyadi dan rekannya yang masih di SPBU, sedangkan Tim investigasi yang menyoroti sudah meninggalkan SPBU.

“Apakah mereka ber-4 itu sengaja dipanggil pihak SPBU untuk membackup?” Tanya beberapa teman, sehingga menjadi diskusi Tim investigasi.

Tidak lama kemudian Molyadi nelfon bahwa ada uang Rp. 2 juta untuk diberikan kepada teman-teman media dan Lembaga. Tapi tawaran itu ditolak dan Molyadi marah karena merasa tersinggung.

Karena tujuan Tim investigasi tidak mau menjadi pengemis, persoalan tersebut harus diselesaikan dengan duduk bersama, melibatkan semua pihak yang berwenang, agar penyaluran BBM solar bersubsidi tersebut benar tepat sasaran kepada masyarakat yang berhak.

Pihak media mendengar informasi bahwa, Molyadi dan timnya meminta dan menerima uang Rp. 3 juta yang katanya untuk teman teman Tim investigasi media dan Lembaga, tapi hanya dibagikan untuk Timnya sendiri, yaitu Molyadi, Misnadin, Hadi dan Andi.

Yang sangat mengejutkan, Molyadi setelah menerima uang tersebut mengatakan siap akan Membackup bila ada media dan Lembaga yang mempersoalkan pembelian BBM solar bersubsidi untuk jerigen.

“Erfandi tidak mau, tapi bila nantinya Erfandi dan timnya macam-macam atau cari gara-gara, nanti saya, Misnadin, Hadi dan Andi siap akan Membackup asalkan tetap menggunakan rekom,” ucap Molyadi dalam percakapannya.

“Tapi sampean jangan bilang ke Erfandi kalau sudah ngasih uang Rp. 3 juta, soalnya masalah uang tersebut nanti pasti dipersoalkan oleh Erfandi, karena terkait menerima uang ini tidak boleh dan temuan tersebut harus ditindaklanjuti, tapi saya dan teman-teman siap untuk membantu sampean bila Erfandi tetap mengembangkan temuannya,” Kata Molyadi dengan meyakinkan orang yang memberi uang.

Sebenarnya kita tidak mau bersenggolan dengan sesama media dan seprofesi karena untuk menjaga Marwah profesi bersama.

Tapi kali ini, yang dilakukan Molyadi bersama rekannya menaikkan pemberitaan klarifikasi Abdul Syukur yang menuding pemberitaan media Suarademokrasi adalah tidak benar adanya. Pemberitaan Molyadi dan rekannya hanya sepihak tanpa melakukan konfirmasi kepada media Suarademokrasi, yang menuding pemberitaan dengan judul “Ribuan Liter BBM Solar Bersubsidi Dilaporkan Ke Polsek Saronggi” tidak benar adanya.

Sesuai dengan Peraturan Dewan Pers Nomor 9/Peraturan-DP/X/2008 tentang Pedoman Hak Jawab, adalah hak seseorang, sekelompok orang, organisasi atau badan hukum untuk menanggapi dan menyanggah pemberitaan atau karya jurnalistik yang melanggar Kode Etik Jurnalistik, terutama kekeliruan dan ketidakakuratan fakta, yang merugikan nama baiknya kepada pers yang telah memublikasikan.

Baca Juga :  Rujak dhulit Di Kalianget Membuat Lidah Bergoyang, Butuh Perhatian Pemerintah

Kami menduga pemberitaan yang ditulis oleh Molyadi dan kawan-kawannya terindikasi pesanan atau pemberitaan bayaran, yang sengaja dibuat untuk adudomba antar media dan profesi, sedangkan penulis berita dengan judul “Abdul Syukkur Berikan Klarifikasi, Karena Dirinya Merasa Dicemarkan” di media online mediaawas.com dan forumnusantaranews.com dengan judul “Merasa Dicemarkan, Abdul Syukkur Berikan Klarifikasi tentang Pemberitaan Dirinya, hanya sepihak saja. Dan isi pemberitaannya sama.

Karena pemberitaan tersebut tidak mencerminkan karya sesuai Kode Etik Jurnalistik, Molyadi dikonfirmasi oleh media Suarademokrasi, dirinya mengatakan bahwa hanya menaikkan jawaban dari Abdul Syukkur karena menurutnya merasa dalam pemberitaan yang dinaikkan oleh Suara Demokrasi tidak ada klarifikasi kepada Syukkur.

“Hehehe…substansi pemberitaan Media Awas adalah hak jawab dan tanggapan dari yang diberitakan oleh Suara Demokrasi. Yang benar silahkan suara Demokrasi menanggapi jawaban dan pengakuan Syukkur dalam menanggapi dan menjawab berita Suara Demokrasi,” jawabannya melalui chat WhatsApp, 12 November 2022.

Saat dikonfirmasi terkait permintaan dan penerimaan uang Rp. 3 juta dalam persoalan pengisian jerigen BBM Solar bersubsidi di bulan Oktober, dirinya menjawab tidak pernah minta uang, sedangkan dalam percakapannya Molyadi meminta agar persoalan uang tidak disampaikan ke Erfandi.

“Bukan saya, dan saya tidak pernah minta uang, makanya kalau tidak tau jangan langsung menuduh,” jawab Molyadi.

Disaat pihak media menyampaikan bahwa sedang melakukan konfirmasi dan bertanya yang minta uang itu siapa? dan untuk apa uang tersebut?

Molyadi menjawab “Kamu bukan penyidik dan kamu tidak punya kapasitas,” jawabannya kepada Pimpinan Redaksi media Suarademokrasi.id yang sedang melakukan konfirmasi.

Perlu diketahui, sampai pemberitaan ini tayang di media, Abdul Syukkur tidak pernah menggunakan atau meminta hak jawab atau koreksi kepada media Suarademokrasi.