SUMENEP – Suarademokrasi.id | Dengan kondisi cuaca buruk seperti ini para nelayan memilih untuk tiarap dirumah dan tidak bisa lagi mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan dalam kelangsungan hidup rumah tangganya.
Maka dari itu melalui pemberitaan ini, Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Musahnan mendesak pihak Pemerintah Pusat maupun daerah untuk lebih memperhatikan nasib bagi para nelayan disaat tidak lagi bisa melaut karena cuaca buruk dan ekstrem seperti ini di wilayah perairan laut Sumenep. Senin 26 Desember 2022.
Musahnan menyampaikan bahwa disetiap tahunnya cuaca ekstrem di perairan laut Kabupaten Sumenep pasti terjadi dan para nelayan tidak bisa lagi melakukan aktivitasnya, sehingga memiliki untuk diam dirumah saja. Sedangkan mata pencarian hidupnya masih ketergantungan hanya melaut untuk mencari ikan.
Baca juga: Ketua DPC HNSI Sumenep Menggelitik Pemerintah Untuk Memperhatikan Nasib Nelayan
“Sampai saat ini, para nelayan di Kabupaten Sumenep masih dirumah saja belum bisa berlayar untuk melakukan aktivitasnya mencari ikan di laut, guna untuk nafkah kebutuhan keluarganya, seharusnya pihak Pemerintah harus memperhatikan nasib nelayan bila tidak lagi bisa melaut,” ujar Sahnan.
Dengan cuaca buruk itu, Ketua HNSI Kabupaten Sumenep ini menekan pihak pemerintah agar bisa memberikan bantuan atau program untuk para nelayan agar tetap bisa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga disaat tidak bisa melaut lagi karena cuaca ekstrem, dengan diberikan program kegiatan di daratan.
“Kami mewakili seluruh para nelayan Kabupaten Sumenep, mengharap Pemkab Sumenep maupun pemerintah pusat agar bisa menganggarkan untuk program para nelayan di saat cuaca ekstrem seperti ini, agar mereka bisa memiliki kegiatan lain,” tegas Sahnan melalui media.
Menurut Musahlan, pihak pemerintah kurang begitu memikirkan kesejahteraan para nelayan, dirinya berharap bantuan kegiatan seperti kegiatan kelompok nelayan yang sudah berjalan di wilayah lain juga harus bisa merata kepada para nelayan yang berada di wilayah terpencil seperti Kepulauan.
“Program itu, sangat jarang sekali dilakukan oleh pihak pemerintah Kabupaten Sumenep, meskipun ada tapi tidak seberapa jumlahnya, hanya beberapa persen saja dari jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Sumenep, khususnya bagi masyarakat kepulauan yang mayoritas penduduknya sebagai nelayan. Kalau cuaca seperti ini para nelayan masih banyak nganggur dirumah,” ucapnya.
Sahnan menambahkan, dengan kondisi cuaca buruk seperti ini banyak para keluarga nelayan yang terlantar karena tidak bisa lagi melaut untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya untuk keluarganya.
“Selama saya menjadi Ketua DPC HNSI Kabupaten Sumenep, tidak pernah ada penanganan langsung dari Pemkab Sumenep kepada para nelayan, karena saya tidak pernah dilibatkan dalam situasi cuaca ekstrem seperti ini untuk membantu para nelayan,” tegas Sahnan.
Sebelum mengakhiri komentarnya, Musahnan yang asal kepulauan itu mengetahui betul kondisi dari para nelayan saat cuaca buruk seperti ini, menyampaikan pesan dan harapannya kedepan pihak Pemerintah agar anggaran dari rakyat tersebut harus diprogramkan lagi untuk kesejahteraan bagi para nelayan.
Karena para nelayan tersebut sudah berkontribusi besar terhadap kelangsungan hidup semua manusia ini dalam menyajikan ikan untuk lauk-pauk, meskipun profesi nelayan tersebut sungguh menerjang maut.
“Harapan saya selaku Ketua HNSI Kabupaten Sumenep yang mewakili para nelayan, memohon kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep untuk lebih serius memperhatikan nasib kehidupan para nelayan, kalau perlu harus dianggarkan untuk nelayan di saat cuaca ekstrem seperti ini dengan memberikan suatu kegiatan kelompok nelayan, sehingga kebutuhan para keluarga nelayan tetap bisa terbantukan dengan adanya kegiatan lain selain melaut,” harapannya.
Perlu diketahui, pada hari Jum’at 23 Desember 2022, dikepulaua Sapeken sebuah perahu oncor nelayan bernama “Baruna” terbalik dihantam ombak empat meter. Enam orang anak buah kapal (ABK) dan satu orang Nahkoda terlempar kelaut.
Mereka nekat berniat untuk menangkap ikan untuk mencari nafkah keluarganya, tapi yang didapat malah na’as, perahu terbalik diterjang ombak, sehingga tidak menghasilkan apa-apa, nyawa mereka menjadi taruhan untuk mencari ikan yang dibutuhkan oleh semua orang, termasuk para pejabat pemerintah yang enak duduk di singgasana yang kurang ada rasa kepedulian terhadap nasib para nelayan.
Yang sangat memperhatikan saat ini, justru asuransi jiwa untuk para nelayan malah ditiadakan, sedangkan pekerjaan para nelayan sungguh sangat beresiko sekali.